Rumah konsep pesanstren

Sudahkah Mendoakan Mad’u dan Mutarabbi Kita?

- November 06, 2017
berdoa
Seorang laki-laki menemui Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang saat itu baru beberapa waktu menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.






Ia tidak begitu suka dengan Umar karena menganggapnya terlalu keras. Namun kedatangannya juga untuk memberi tahu bahwa teman-temannya juga tidak suka dengan sahabat bergelar Al Faruq itu.

“Orang-orang tidak menyukaimu,” ujarnya.

“Mengapa?”

“Karena mulut dan tongkatmu.”

Umar bin Khattab tidak marah. Ia lantas menengadahkan kedua tangannya lalu berdoa. “Ya Allah... jadikanlah mereka mencintaiku dan aku mencintai mereka.”

Laki-laki tersebut mengenang peristiwa itu.

“Belum sampai Umar menurunkan kedua tangannya, aku merasa tidak ada orang di dunia ini yang lebih aku cintai daripada Umar.”

Allahu akbar!






Tak hanya dirinya. Orang-orang yang tadinya ia sebut tidak menyukai Umar juga berubah menjadi demikian cinta pada Umar.

Pada kesempatan lain, utusan penduduk Syam datang menyampaikan kekhawatirannya kalau Umar yang keras menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar.

Lagi-lagi, Umar menanggapinya dengan doa. “Ya Allah... jadikanlah mereka mencintaiku dan aku mencintai mereka.”

Penduduk Syam pun menjadi cinta kepada Umar. Dengan kecintaan umat, Umar memimpin mereka selama sepuluh tahun dan melakukan penaklukan demi penaklukan.

Demikianlah Umar. Ia yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa yang Mahakuasa membolak-balikkan hati adalah Allah. Karenanya, ia bermunajat kepadaNya. Memohon pertolonganNya.

Sudahkah kita meneladani apa yang dilakukan Umar, yang tak lain juga mencontoh Rasulullah? Sudahkah kita mendoakan mad’u dan mutarabbi kita?

Mungkin ada di antara mutarabbi yang sedang dilanda futur; doakan ia. Mungkin ada mutarabbi yang sedang menghadapi masalah sehingga terlihat tidak semangat dalam tarbiyah; doakan ia. Mungkin ada mutarabbi yang sedang mengalami persoalan pelik sehingga sibuk dengan urusannya hingga tak sempat melingkar bersama teman seperjuangan; doakan ia.

Sebut nama mereka satu per satu dalam doa-doa kita. Lalu perhatikan betapa perubahan besar akan datang jauh melebihi saat kita mengandalkan upaya manusiawi tanpa menggantungkan kepada Ilahi Rabbi.

Pun dengan masyarakat yang tak lain adalah mad’u kita. Mungkin kita kesal saat melihat masyarakat tak juga berubah. Sering mengeluh dan mencaci para pemegang amanat yang berkhianat. Namun ketika masanya memilih, kembali memilih orang yang tadinya disesalinya hanya gara-gara beberapa lembar rupiah. Jangan menjauh dari mereka. Jangan mencela. Doakan... doakan... doakan. Semoga hasilnya seperti doa Umar. [Muchlisin BK/Tarbawia]




Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search