Rumah konsep pesanstren

Sandi Memang Bukan Shalahuddin Al Ayyubi, Tapi...

- Desember 07, 2018


Entahlah, saya sering kali salah menyebut nama Sandiaga. Kalau sedang tidak formal, lancar saja saya manggil ‘Mas Sandi’. Tapi ketika formal, misal saat saya memberikan sambutan, seharusnya saya menyebut nama beliau Sandiaga Salahuddin Uno. Tapi selalu keseleo menjadi Shalahuddin. Karena terlanjur keliru, sekalian aja saya lengkapi, Shalahuddin Al Ayyubi.




Hadirin tertawa, termasuk juga Mas Sandi. Sudah terlanjur menyebut nama panglima besar tersebut, saya pun mengatakan “Lau kana Shalahuddin Al Ayyubi fatih al Quds, fa hadza Shalahuddin saufa yaftah Indonesia min musta'miriha!” yang kemudian disambut takbir oleh hadirin, “Allahu Akbar!”

Begitu di antara cuplikan kata-kata saya. Ada banyak cuplikan yang mungkin nanti akan ditulis di laman ini. Semua spontanitas saja. Berdasarkan panduan hati, yang selalu jujur memberi arahan.

Mas Sandi masih muda, ganteng dan kaya. Saya tidak tahu, mana yang lebih kaya antara Shalahuddin Al Ayyubi dan Shalahuddin Uno.  Yang pasti standar kaya antara beliau berdua berbeda, sesuai dengan benda dan zamannya.

Ganteng pun demikian, standar dan zamannya berbeda dan terpaut jauh. Makanya tidak usah dibandingkan. Tapi, yang pasti bahwa Mas Sandi ganteng itulah kenyataannya. Mungkin Mas Sandi adalah (Ca)Wapres paling ganteng yang pernah dan akan dimiliki Indonesia.




Kaya. Saya tidak tahu berapa kekayaan Mas Sandi. Yang pasti dia kaya. Sudah kaya, jauh sebelum keinginan dia untuk jadi Wapres terbetik di hati. Artinya, beliau adalah pekerja keras. Sebab, untuk menjadi kaya, selain faktor nasib, tapi syarat utamanya adalah kerja keras!

Mas Sandi kuat. Kuat secara karakter dan fisik. Kami yang berusia lebih muda dari dia, sering kali terseok mengikuti agenda Mas Sandi. Bayangkan, dalam sehari harus berkegiatan di sepuluh tempat. Dan Mas Sandi terus bugar sementara kami banyak yang harus tepar.

Jadi, kalau syarat untuk menjadi seorang pemimpin bangsa adalah ganteng, kaya, kuat dan semangat, semuanya sudah ada pada seorang Sandi. Maka kemudian kita berharap agar Shalahuddin Uno melepaskan Indonesia dari penjajahan ekonomi hari ini, sebagaimana dulu  Shalahuddin Al Ayyubi melepaskan Palestina dari penjajahan pasukan Salib.

Sandiaga bukan Shalahuddin Al Ayyubi. Tapi kami banyak berharap kepadanya sebagaimana dulu orang-orang Palestina berharap kepada Shalahuddin Al Ayyubi. Sebab, sekali lagi kekeliruan saya menyebut Shalahuddin Al Ayyubi untuk Mas Sandi itu tidak hanya sekali, tapi beberapa kali. Jadi? [Abrar Rifai]

Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia

Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:


Info Donasi/Iklan:

085691479667 (WA)
081391871737 (Telegram)



Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search