Rumah konsep pesanstren

Bukan Soal Konten, Ini Tujuan Utama Dibalik Isu Ceramah UAS

- Agustus 23, 2019


Seorang kawan yang tinggal di pulau yang penduduknya mayoritas tidak beragama Islam berujar, “Saat kita sujud, mereka  menyebut kita menyembah tanah.” 

“Lantas?” 

“Ya, gak apa-apa. Karena mereka tidak pernah tahu apa itu shalat. Jadi mereka sebut kita sedang menyembah tanah. Biarkan saja!”

Seorang kawan lainnya mengabarkan bahwa menurut keyakinan satu agama tertentu, kita ini adalah domba domba yang kesasar. 

Jadi? 

Ya, biarkan saja. Toh, apapun sebutan mereka tak akan pernah mendegradasi kebenaran, kemuliaan dan kesucian agama yang kita yakini. 

Jadi persoalan agama, memang ada dogma yang menjadi doktrin masing-masing. Pun anasir-anasir yang menstigma buruk ajaran agama lain, itu adalah niscaya. 

Saya memilih Islam, karena saya meyakini bahwa agama yang lain salah. Saya memeluk Islam, karena meyakini agama lain buruk. 

Begitu juga orang yang tidak beragama Islam, mereka tidak berislam, karena yakin bahwa agama yang dipeluknya sekarang adalah agama yang paling benar dan paling baik. 

Sebagai pemuka agama, seorang ustadz memyampaikan ajaran agamanya kepada ummat, itu adalah semestinya. Ada dogma, ada anasir disitu, biasa saja. Asal memang disampaikan kepada hanya kaum muslimin di tempat yang memang menjadi tempat orang Islam. 

Yang melakukan hal tersebut bukan hanya Ustadz Abdul Shomad. Ustadz dan kiai yang lain pun pasti melakukannya. Dengan diksi dan narasi yang berbeda. Hanya yang membedakan, UAS ini memang adalah ustadz paling terkenal saat ini. Kebetulan juga ia berseberangan dengan rezim yang sedang berkuasa. 

Kalau seandainya UAS menyampaikan apa yang dianggap salah tersebut di hadapan ummat Nasrani atau di forum terbuka yang disitu dihadiri oleh orang beragam agama, saya termasuk satu di antara orang yang akan mempermasalahkannya. 

Tapi, yang Ustadz Abdul Shomad ceramahkan itu di dalam masjid. Di hadapan manusia yang semuanya beragama Islam. Pun itu adalah jawaban atas tanya yang diajukan seorang jamaah. 

Jadi yang mempersalahkannya, sejatinya tidak sedang mempersoalkan konten. Tapi mereka sedang membidik orang. Ketahuilah, bahwa ini adalah lanjutan dari episode sebelumnya, yang telah banyak menjerat para pendakwah. 

Maka, sudah benar sikap Ustdz Abdul Shomad, memang tidak usah minta maaf. Karena itu bukan kesalahan. 

Kepada mereka orang-orang Islam yang ikutan latah menyebut salah UAS, sebaiknya perhatikan baik-baik daging kurban yang baru lalu. Tetaplah menyebut daging kambing itu daging kambing, walau ada atau banyak orang menyebutnya serasa daging lembu. [Ustadz Abrar Rifai]
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search