Rumah konsep pesanstren

Warisan Penting Habibie

- September 13, 2019


Warisan Penting Habibie
Oleh: Yons Achmad
(Kolumnis, tinggal di Depok)

Apa warisan pemikiran, teladan dan laku Habibie yang bisa kita teladani?  Teramat banyak. Kita bisa baca beragam pengakuan dari orang-orang terdekatnya, mereka yang pernah bersentuhan langsung dengannya.  Beberapa hari ini saya baca beberapa diantaranya. Tapi, saya kemudian merenung, sebenarnya apa warisan penting Habibie yang bisa dimengerti dan kemudian dijalankan. Dari perenungan kecil, akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan kecil.

Habibie tahu siapa dirinya dan apa yang diperjuangkannya.  Bagi saya ini warisan penting Habibie untuk generasi yang masih hidup. Ya, kita “hanya” perlu mengerti siapa diri kita dan apa yang kita perjuangkan. Tampak sederhana. Tapi, jalan implementasinya bisa jadi sungguh sangat terjal. Untuk bisa mengenal diri saja, barangkali kita perlu perenungan yang dalam. Sampai kemudian menemukan pencerahan. Titik balik kehidupan.

Dalam sejarah kecil filsafat, konon ada kabar begini.  Di Yunani kuno, Plato  pernah mendirikan semacam akademi. Di sana tertulis “Kenalilah Dirimu Sendiri”.  Barangsiapa yang belum mengenal dirinya, tak diperbolehkan masuk ke akademi itu. Benar tidaknya cerita ini saya kurang tahu. Yang pasti, proses pengenalan diri menjadi bagian penting untuk mencapai derajat  pengetahuan waktu itu.

Sementara, dalam sejarah Islam, kita pernah dengan kata-kata dahsyat “Barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya”.  Ujaran demikian membawa kita tentang pentingnya perenungan atas diri. Terus menerus melongok ke dalam diri. Hingga sampai kepada sebuah capaian yang mulia. Bisa mengenal Tuhannya.

Habibie, saya kira sudah melampaui itu. Dia pertama-tama mengenal dirinya sebagai seorang muslim. Bukan ahli pesawat terbang. Sebagai seorang muslim, Al-Quran menjadi bacaan utamanya. Di luar itu, juga membaca buku-buku. Setiap hari 7,5 jam waktu yang dialokasikan untuk membaca. Maka, ketika kita dapati kecerdasannya, membuat kita sadar. Bahwa kecerdasannya adalah proses belajar, bukan yang lain. Walau tentu ada campur tangan Allah SWT di sini. 

Lalu, dia mengerti dan fokus pada apa yang diperjuangkannya. Ya, bisa membuat pesawat sebagai kado untuk rakyat Indonesia. Dan itu kesampaian.  Apa kuncinya? Fokus. Walau diluar itu tetap beraktivitas mulai dari mengepalai sebuah badan riset, menjadi menteri sampai presiden. Tapi, satu yang kit tahu dan terus diperjuangkannya  adalah bisa membuat pesawat. 

Ini perenungan kecil saya atas Habibie. Tahu siapa diri dan apa yang diperjuangkan. Dengan penyadaran demikian, seseorang bisa “Mengguncang dunia”.  Dulu, saya pernah membaca, seorang sastrawan, Pramudya Ananta Toer  berujar “Hidup menjadi bergairah ketika ada sesuatu yang kita perjuangkan”. Saya setuju dan memang benar adanya. Kini, saatnya bertanya, siapa diri kita dan apa yang sedang kita perjuangkan?

Tanah Baru, 13 September 2019
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search