Rumah konsep pesanstren

Peran Pemilih Milenial Dalam Pilkada di Era Pandemi

- November 09, 2020



Oleh : Khairunia Hasanah, S.Pd

Pemilihan kepala daerah serentak pada 19 Desember 2020 di 270 daerah di Indonesia adalah tantangan yang cukup besar bagi kita karena saat ini kita sedang diterjang oleh pandemi yang semakin meningkat. Hal yang harus kita soroti bahwa pemilihan ini sangat penting sehingga seluruh elemen masyarakat harus ikut berpartisipasi karena pemilihan ini mempertaruhkan nasib rakyat yang tidak hanya 5 tahun ke depan namun masa depan dari bangsa itu sendiri.

Selain itu kita tahu bahwa dampak dari pandemi ini sendiri sangat besar dalam kehidupan, tidak hanya menjadi ancaman di sektor kesehatan, pandemi ini juga sangat sangat menghantam kegiatan perekonomian di Indonesia dan berbagai sektor lainnya. Hal ini akan menjadi tanggung jawab dan tugas dari bagi para pemimpin baru dan pemangku kebijakan dalam memberikan solusi terhadap dampak yang terjadi hari ini.

Pilkada yang tetap diadakan dimasa pandemi ini, tentunya ini menjadi suatu kekhawatiran besar yang dihadapi oleh seluruh pihak. Pilkada serentak ini tidak hanya menjadi salah satu kewajiban dalam berdemokrasi untuk memilih pemimpin secara langsung namun juga kedepannya setelah terpilihnya pemimpin yang baru ini akan menjadi suatu catatan dalam sejarah demokrasi politik Indonesia dan bagaimana terpilihnya pemimpin yang benar-benar memiliki niat yang ikhlas dan kuat untuk membangun daerah serta memulihkan perekonomian masyarakat di daerah tersebut.

Dalam kondisi pandemi ini tentu akan sangat berpengaruh pada jumlah partisipasi pemilih di setiap daerah ini menjadi salah satu fokus penting yang harus diperhatikan, dimana tentunya akan muncul kekhawatiran yang cukup besar terhadap kondisi hari ini dan kita tidak menginginkan setelah terjadi Pilkada serentak justru membuat klaster untuk penularan covid ini. Sehingga akibatnya banyak yang enggan untuk menyalurkan hak pilihnya.

Berdasarkan riset yang diolah dari data Badan Pusat statistik (BPS) memperlihatkan bahwa kelompok milenial merupakan pemilih terbesar 37,7 persen pada pemilu 2019. Kemudian untuk pemilih pemula sendiri sebanyak 12,7 persen. Tentu saja gabungan kelompok pemilih muda ini lebih dari setengah pemilu di Indonesia. Dimana dalam pilkada sebelumnya angka pemilih milenial maupun pemula memang rata-rata mencapai 60 persen atau yang terbanyak dibanding kategori lain seperti pemilih perempuan maupun pemilih dewasa. Sehingga kuantitas pemilih generasi milenial ini akan sangat menentukan keberhasilan Pilkada 2020. sebagai penyumbang angka terbesar sebagai pemilih kaum milenial menjadi tolak ukur suksesnya Pilkada serentak 2020.

Namun mari kita telisik bagaimana sikap generasi milenial saat ini yang kurang melek terhadap demokrasi, politik dan banyak yang memiliki sikap tak acuh terhadap politik, sikap ini sangat tidak boleh dibiarkan begitu saja, dengan pesatnya perkembangan zaman dibutuhkan pendidikan politik dan wawasan demokrasi dalam kehidupan generasi milenial. Dikarenakan generasi milenial ini akan menentukan sukses atau tidaknya demokrasi politik di Indonesia kedepannya.

Sehingga peran generasi milenial dinilai sangat penting, untuk itu harus adanya kolaborasi antara berbagai pihak, untuk mensukseskan Pilkada 2020 ini dengan cara mengedukasi masyarakat sesuai dengan sarana nya masing-masing dan tentunya dalam penyelenggaraan nantinya, penyediaan alat kesehatan, proses pemilihan yang disiplin dengan penerapan protokeler ketat.

Kita harus meningkatkan kesadaran dan kepedulian seluruh masyarakat dan peran kaum milenial dapat menjadi influencer untuk membangkitkan semangat pemilih milenial lainnya tentunya, dengan memberikan pandangan yang kritis untuk memilih pemimpin yang benar-benar layak dipilih menjadi pemimpin.

Dengan memaksimalkan berbagai media informasi dan komunikasi, para generasi milenial dapat membuat dan menyebarkan konten-konten positif tentang pemimpin yang diharapkan bangsa serta kritis dalam menilai setiap calon pemimpin dengan membuktikan bahwa suara mereka begitu berharga untuk ditukar dengan rupiah karena suara mereka menentukan nasib bangsa ini.

Marilah kita menjadikan kondisi yang berat ini sebagai suatu tantangan bahwa kita harus tetap menyelamatkan negeri kita dengan satu suara yang sangat berharga yang kita miliki untuk mewujudkan negara yang berdaulat, karena pemilih berdaulat adalah potret negara yang kuat. []

*Penulis adalah seorang guru di SDN 024764 Binjai dan aktivis Cendekia Kreatif Indonesia Binjai.

Facebook : Khairunia Hasanah Lppim

Whatsapp : 082164667445

Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search