Rumah konsep pesanstren

Kesaksian Menakjubkan Terjadinya Fenomena Alam Langka Saat Mbah Moen Wafat

- Agustus 07, 2019


Bismillah.

Pagi tadi suhu di sini demikian sejuk. Sepulang sholat shubuh dari Masjid Ibnu Ubaid, terlihat kabut yang cukup tebal dari seberang pegunungan. Biasanya kalau sudah waktu Syuruq matahari mulai terasa panas, meski belum terik. Tapi pagi tadi tidak. Awannya mendung. Kemudian selang sejam setelahnya, saya dan teman sekamar pergi keluar cari makanan pagi dan keperluan untuk prosesi haji nanti. 

Pas saya melihat langit, Masyaa Allah, saya melihat matahari secara langsung. Tadinya saya pikir itu bulan. Tapi kok bulan agak beda ya, tidak terlihat gambar "kelincinya", dan memang terlihat agak terang seperti lampu, namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang, mungkin karena memang cuacanya sejuk dan berkabut. Pas saya baru ngeh itu matahari, karena lama kelamaan makin terlihat pancaran sinar terangnya, saya buru-buru pakai kacamata. Khawatir efek radiasi ultravioletnya ke mata karena lihat dengan mata telanjang. Namun, buat saya, itu suatu fenomena alam yang membuat saya takjub, karena bisa lihat matahari langsung yang sangat bulat, terang, namun tidak menyengat, hanya seperti melihat lampu jalanan aja. 

Kemudian saya jadi berpikir tumben ya, cuaca di Mekkah saat ini begitu mendung, bahkan ada yang bilang di Masjidil haram sempat hujan (kami tidak ke Masjidil haram hari ini, karena akses mulai ditutup sebelum prosesi haji 2-3 hari lagi). Kemudian saya baru ingat bahwa sebelum shubuh tadi ada info salah satu ulama besar Indonesia, KH. Maimun Zubair wafat dini pagi tadi di Mekkah, dan beliau memang kesini untuk berhaji kembali. Masyaa Allah.. innaailaahi wa innaailahi rojiuun... Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wa fuanhu. Bisa jadi alam yang mendung pagi tadi sebagai perintah Allah dan ikut bersedih karena kematian salah satu ulama Sholih. Wallahu'alam. 

***

Ah, saya jadi mikirin tentang keistimewaan orang-orang yang bisa wafat di tanah suci (Mekkah atau Madinah) ini ya. Jelasnya kalau yang wafat di sini apalagi saat sedang akan ibadah haji, wafatnya husnul khotimah. 

Bahkan orang yang mati dalam kondisi ihram, baik ketika haji atau umrah, memiliki keutamaan khusus. Orang ini di hari kiamat akan dibangkitkan dalam kondisi membaca talbiyah, ‘Labbaik Allahumma labbaik…’

Karena itu, jenazahnya tidak boleh diberi wewangian dan tidak boleh ditutup kepalanya. Dipertahankan seperti orang yang ihram.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bercerita,

Ada orang yang ikut wukuf bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Arafah, tiba-tiba ada orang yang terpelanting  dari ontanya, jatuh, hingga lehernya patah. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan,

اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبَيْنِ، وَلا تَمَسُّوهُ طِيباً، وَلا تُخَمِّرُوا رَأْسَهُ وَلا تُحَنِّطُوهُ، فَإِنَّ اللهَ يَبْعَثُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ مُلَبِّياً

Mandikan dia dengan air dan bidara. Jangan dikasih wewangian, dan jangan ditutupi kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya paa hari kiamat, dalam kondisi membaca talbiyah. (Bukhari 1265  & Muslim 2948)

Bahkan Nabi Musa Alaihissalam saja bercita-cita untuk bisa mati di tanah suci. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan permintaan Musa ‘alaihis salam ketika didatangi malaikat maut,

سَأَلَ اللَّهَ أَنْ يُدْنِيَهُ مِنْ الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ رَمْيَةً بِحَجَرٍ

Beliau memohon kepada Allah, agar kematiannya di dekatkan dengan tanah suci (baitul maqdis) sejauh lemparan kerikil. (HR. Bukhari 1339 & Muslim 2372)

Ibnu Batthal menjelaskan,

معنى سؤال موسى أن يدنيه من الأرض المقدسة – والله أعلم – لفضل من دُفن في الأرض المقدسة من الأنبياء والصالحين ، فاستحب مجاورتهم في الممات ، كما يستحب جيرتهم في المحيا

Makna permintaan Musa agar kematiannya di dekatkan dengan tanah suci adalah karena adanya keutamaan orang yang dimakamkan di tanah suci, seperti para nabi dan orang soleh lainnya. Sehingga dianjurkan untuk mati di dekat mereka, sebagaimana dianjurkan untuk berdampingan dengan mereka ketika hidup. (Syarh Shahih Bukhari, 3/325)

Demikian pula yang dilakukan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu . Beliau pernah berdoa,

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ ، وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Ya Allah, berikanlah aku anugrah mati syahid di jalan-Mu, dan jadikanlah kematianku di tanah Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari 1890)

Kata an-Nawawi,

يستحب طلب الموت في بلد شريف

Dianjurkan untuk meminta mati di daerah yang mulia. (al-Majmu’, 5/106).

Umar juga memohon, agar jenazahnya dimakamkan di samping makan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Dan orang yang wafat di Madinah pun, juga akan mendapatkan syafaat Rasulullah. 

Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا ؛ فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا

Siapa yang bisa meninggal di Madinah, silahkan meninggal di Madinah. Karena aku akan memberikan syafaat bagi orang yang meninggal di Madinah. (HR. Turmudzi 3917, dishahihkan an-Nasai dalam Sunan al-Kubro (1/602) dan al-Albani )

Sumber : https://konsultasisyariah.com/25796-meninggal-di-tanah-haram-mati-syahid.html

***
Masyaa Allah, karena begitu besarnya keistimewaan wafat di tanah suci, maka memang Allah memilih orang-orang yang bisa wafat di tanah suci ini. Pertama, akan banyak yang menyolatkan mereka (jutaan manusia yang sedang beribadah haji akan menyolatkan mereka), sedangkan di sholatkan oleh minimal 40 orang saja yang baik tauhidnya maka seluruh doa untuknya akan Allah perkenankan baginya, apalagi jika di sholatkan jutaan orang ya, Masyaa Allah tabarakallah. 

Hadistnya sbb :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, dan dishalatkan oleh lebih dari empat puluh orang, yang mana mereka tidak menyekutukan Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’a mereka untuknya.
(Shahih Muslim : 948)

***

Ah, Masyaa Allah tabarakallah...
Sungguh indah keistimewaan kematian di tanah suci ini...
Sungguh begitu membuat hati ini juga ingin mendapatkannya. 
Namun, apakah Allah ridho dan izinkan demikian? 
Wallahu'alam bishshowwab. Hanya Allah yang maha tahu dan maha pengatur kehidupan dan kematian tiap hambaNya. Semoga jika memang Allah meridhoi, maka akan Allah berikan keistimewaan itu. Aamiin. 

Maka, tugas manusia hanyalah terus berharap, dan teruslah mohon ampun agar Allah ridho. Dan saya juga terus memohon maaf kepada seluruh teman-teman, karena saya juga tidak tahu bagaimana kelanjutan kehidupan saya pribadi ke depannya, bahkan 5 menit ke depan pun saya tak tahu. Karena memang hanya Allah saja penggenggam kehidupan kita. 

Maka teruslah meminta kehidupan yang baik, yang berkah dan kematian husnul khotimah. Di manapun kita dimatikan Allah semoga dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin yaa rabbal'alamiin

Mekkah, 6 Agustus 2019
- Lathifah Barkah-
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search