Rumah konsep pesanstren

Keutamaan Membaca Takbir pada Hari Arafah dan Idul Adha

- Agustus 10, 2019


Perhatikanlah  salah  satu  dari  ribuan  contoh  yang  menggambarkan  indahnya  pengabdian  seperti  yang  diajarkan  oleh  Nabi SAW.  Lewat ibadah,  Nabi menyatukan  para  ahli  tauhid  dalam  shalat  hari  Raya, dalam  shalat  Jum’at,  dan  dalam  shalat  berjamaah.  

Beliau  juga  menghimpun  lisan  mereka  di  atas  kalimat  yang  sama. Sehingga  lewat  itu, beliau  merespons  seruan  agung  yang  berasal  dari  Tuhan  itu  dengan suara-suara  kalbu  dan  lisan  yang  tak  terhingga  banyaknya  sebagai sesuatu  yang  saling  mendukung  dan  menguatkan.  

Sebab,  semuanya memperlihatkan  sebuah  pengabdian  yang  sangat  luas  terhadap  keagungan  Tuhan.  Seolah-olah  seluruh  bola  bumi  itulah  yang  mengucapkan  zikir,  yang  memanjatkan  doa,  yang  melakukan  shalat  kepada Allah,  serta  yang  melaksanakan  perintah  shalat  yang  turun  dengan penuh  kemuliaan  dan  keagungan  dari  atas langit yang  tujuh, yaitu: “Dan  dirikanlah  Shalat...”  (QS.  al-Baqarah [2]: 43). 

Dengan  adanya  kesatuan  tersebut,  manusia  sebagai  makhluk yang lemah dan kecil—layaknya biji atom yang ada di alam ini—menjadi  seorang  hamba  yang  dicintai  oleh  Sang  Pencipta  langit  dan  bumi karena  pengabdiannya  yang  agung  tadi.  Ia  menjadi  sosok  khalifah dan  penguasa  bumi,  pemimpin  semua  hewan, dan  tujuan  penciptaan seluruh  alam. 

 Bagaimana  menurutmu  jika  di  alam  nyata  ini—sebagaimana  di  alam  gaib—suara  ratusan  juta  kaum  mukminin  bertakbir  membaca  Allahu  Akbar  selepas  shalat,  apalagi  pada  shalat  Hari Raya,  lalu  semuanya  berkumpul  pada  waktu  yang  sama,  bukankah hal  itu  menyerupai  suara  takbir  bumi  dan  sesuai  dengan  besarnya bumi yang seolah-olah  seperti  manusia  besar.  

Sebab,  dengan  bersatunya  takbir  mereka  pada  satu  waktu  yang  bersamaan  ada  takbir  yang sangat besar  yang  seolah-olah  diucapkan  oleh  bumi. Bahkan seolah-olah  bumi  berguncang  dengan amat dahsyat ketika  shalat  hari  Raya.  

Sebab,  ia  bertakbir  mengagungkan  Allah  lewat takbir  seluruh  dunia  Islam.  Dan  ia  juga  bertasbih  lewat  tasbih  dan zikir  mereka.  Maka ia berniat  dari  kalbu  Ka’bahnya yang suci, bertakbir  mengucapkan  Allahu  Akbar  lewat  lisan  Arafah  dari  mulut  Mekkah  yang  mulia.  

Maka,  suara  Allahu  Akbar  pun  menggema  di  angkasa,  menggambarkan  seluruh  suara  kaum  mukminin  yang  tersebar di  seluruh  alam.  Bahkan  takbir  dan  zikir-zikir  tersebut  bergema  di seantero  langit  dan  semua  alam  Barzakh.  

Segala  puji bagi  Allah yang telah  menjadikan  bumi  ini  bersujud  dan  mengabdi  kepada-Nya,  lalu Dia  menyiapkannya  sebagai  tempat  ibadah  dan  tempat  tinggal  para makhluk-Nya.  Karena  itu,  kami  bertahmid,  ber-tasbih,  dan  bertakbir mengagungkan  Allah   sejumlah  bilangan  atom  yang  ada  di  bumi. Segala  puji  bagi-Nya  yang  telah  menjadikan  kami  sebagai  salah  satu bagian  dari  umat  Muhammad SAW .  Karena  beliaulah  yang  mengajarkan  kepada  kami  jenis  ibadah ini.

Said Nursi,  al-lamaa'at, hlm. 242-243
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search