Rumah konsep pesanstren

Disertasi 'Sampah' Abdul Aziz yang Halalkan Zina Serta Kecacatan Logika Berpikir Akut

- September 02, 2019
  • Ilustrasi Sampah


DISERTASI "SAMPAH" ABDUL AZIZ YANG MENGHALALKAN ZINA SERTA KECACATAN LOGIKA BERPIKIR YANG AKUT

Oleh: KH. DR. Miftah el-Banjary, MA
*Penulis Nasional, Pengkaji Semiotika Tafsir al-Qur'an dan Alumnus Sastra & Bahasa Arab Institute of Arab League, Cairo Mesir.

Sudah dengar tentang berita yang baru viral tentang Desertasi Abdul Aziz yang dalam kesimpulannya bahwa Zina Diperbolehkan dan Halal Menggauli Pasangan Lain Diluar Nikah?

Na'udzubillah!!

Bagi saya secara insan akademisi, malu kalau harus menyebut karya tulis itu sebagai sebuah karya ilmiah atau Desertasi. Bagi saya, pelabelan karya tulis itu lebih tepat dengan sebutan "Sampah" dari produk pemikiran liberal yang tidak bernilai sama sekali.

Kalau saja saya menjadi pembimbing atau promotornya, sejak dia mengajukan proposal sudah saya tolak mentah-mentah. Ini siapa sih promotornya? Nalar konstruksi berpikirnya dibangun dari logika apa?!!

Saya tahu penelitinya, Abdul Aziz, mendasarkan pendapatnya pada pandangan M. Syahrur, tokoh pemikir Islam liberal dari Syiria yang banyak dijadikan kiblat pemikiran kaum liberalis di Indonesia.

Abdul Aziz mendasarkan bahwa kehalalan zina ketika dia mencoba menafsirkan kalimat  "مَا مَلَكَتۡ أَیۡمَـٰنُهُمۡ" yang terdapat pada surah al-Mu'minun ayat ke-6:

إِلَّا عَلَىٰۤ أَزۡوَ ٰ⁠جِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَیۡمَـٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَیۡرُ مَلُومِینَ

".. kecuali terhadap pasangan-pasangan mereka atau budak wanita yang mereka miliki."

Dia mendasarkan bahwa hubungan seksual diperbolehkan dengan pasangan juga dengan partner pasangan di luar nikah.

Pendapat ini asli NGACO!!

Sekarang mari kita preteli kedunguannya satu persatu:

1.  Mari Kita Lihat dari Semantik Dilalah!

Secara bahasa kata "Malakat" berarti "Kepemilikan". Sedangkan tafsir dari kalimat مَا مَلَكَتۡ أَیۡمَـٰنُهُمۡ berarti budak-budak wanita, bukan "pasangan diluar nikah".

Jelas sekali, orang ini tidak memahami semantik atau dilalah dalam penggunaan bahasa Arab.

2. Mari Kita Lihat Asbabun Nuzul Ayatnya!

Perlu diketahui bahwa surah al-Mu'minun merupakan surah al-Makiyyah yang turun di kota Makkah. Surah ini menjelaskan tentang sifat dan karakter orang-orang beriman yang salah satunya menjaga kemaluan mereka dari berhubungan zina. 

Jadi jelas sekali, ayat ini menegasikan tentang pelarangan berperilaku seksual menyimpang, seperti zina. Namun, oleh Abdul Aziz dipahami jungkir balik, sebagai ayat yang menghalalkan zina. Logika akal sehatnya dimana?  

3. Mari Kita Lihat Pandangan Mufassirnya!

Berdasarkan para pakar mufassir, seperti Imam Ibnu Katsir dalam tafsir al-Qur'an al-Adzhim menyebutkan bahwa hukum terkait ayat ke-6 surah al-Mu'minun terkait keharaman melakukan onani/masturbasi bagi orang yang tidak memiliki pasangan.

وقد استدل الإمام الشافعي رحمه الله ومن وافقه على تحريم الاستمناء باليد يهذه الآية الكريمة : (وَٱلَّذِینَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَـٰفِظُونَ ۝  إِلَّا عَلَىٰۤ أَزۡوَ ٰ⁠جِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَیۡمَـٰنُهُمۡ فَإِنَّهُمۡ غَیۡرُ مَلُومِینَ)

*Lihat Tafsir Ibn Katsir Juz 3 hal. 314 Maktabah as-Tsaqafah ad-Diniyyah.

Jadi, persoalannya tidakmada samasekali terkait tentang kehalalan zina, namun perbedaan pandangan tentang hukum Onani. Meskipun Imam Abu Hanifah memperbolehkan dengan beberapa syarat.

Nah, dari sini Abdul Aziz, tidak mengerti persoalan pada pokok ayat yang dibahasnya.

Mari juga kita lihat pandangan Mufasir lainnya, seperti Imam Fakhrurazi dalam karya tafsir "Fakhrurazi" dan Imam Al-Alusi dalam karya tafsirnya "Rouhul Ma'ani".

Imam Fakhrurazi menjelaskan bahwa ayat tentang kehalalan melakukan hubungan seksual dengan budak-budak wanita adalah budak yang telah dinikahi secara syar'i, bukan disetubuhi tanpa nikah alias dizinahi.

Jelas, persoalan yang dibicarakan para ulama tafsir di sini bukan pada kehalalan zina, justru keharaman melakukan onani, lebih-lebih lagi melakukan zina.

Demikian pandangan yang sama ditafsirkan oleh Imam al-Alusi dalam kitab Rouhul Ma'ani dengan menjelaskan tentang hukum pernikahan mut'ah serta hukum perkara onani yang dilarang menurut pandangan sebagian besar ulama dengan mendalilkan pada hadits Nabi:

لا صلاة إلا بطهور ولا نكاح إلا بولي

"Tidak sah shalat melainkan dengan suci, dan tidak sah menikah, terkecuali dengan adanya wali".

*Lihat, Tafsir Fakhrurazi juz 23 hal 79, Maktabah Taufiqiyyah, Mesir dan Tafsir Rouhul Ma'ani Juz 10 hal 10 Maktabah Taufiqiyyah, Mesir.

Dari sini, jika Abdul Aziz mendasarkan analisanya dari teks-teks al-Qur'an, jelas sekali sangat kontradiktif dan bertentangan dengan apa yang sebenarnya ada di dalam al-Qur'an.

4. Mari Kita Lihat Dari Dalil Nash Muhkamatnya!

Dari sekian banyak dalil ayat-ayat tekstual yang bersifat Muhkamat, jelas-jelas Islam datang menghalalkan pernikahan serta mengharamkan perzinahan.

Berikut dalil-dalil nash muhkamat tentang kesyariatan pernikahan menurut al-Qur'an, Hadits, Ijma' dan Qiyas:

a. Nash al-Qur'an

- Surah An-Nisa ayat 1-3: 

قال تعالى:  فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ  [النساء: 3]، والآية الكريمة نص في مشروعية نكاح ما طاب من النساء.

 - Surah an-Nur ayat 32

قال تعالى:  وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُم ﴾ [النور: 32]، والآية الكريمة نص في مشروعية الزواج.

b. Nash Hadits Nabi

 قال صلى الله عليه وسلم: يا معشر الشباب، من استطاع منكم الباءة فليتزوج، فإنه أغض للبصر، وأحصن للفرج، ومن لم يستطع فعليه بالصوم؛ فإنه له وجاء[1]، والحديث دليل واضح في مشروعية النكاح، والحث عليه.



قال صلى الله عليه وسلم: لا نكاح إلا بولي وشاهدي عدل. وهذا دليل على مشروعية النكاح بولي وشاهدي عدل.

c. Ijma Ulama

أجمعت الأمة على جواز النكاح

 d. Qiyas
رابعًا: المعقول:

الإنسان كائن اجتماعي، لا يستطيع أن يعيش منعزلاً عن أخيه الإنسان، والرجل يكمل المرأة، والمرأة تكمل الرجل، والعلاقة بينهما علاقة تعاون وتناسق وتكامل، والحاجة إليها أمر فطري، والإسلام جاء لتنظيم هذه العلاقة بعقد الزواج.

Lanjut, mari kita lihat juga nash-nash keharaman Zina.

Ada begitu banyak ayat-ayat tentang keharamam perzinahan, diantaranya:

1. Firman Allah Swt

- Surah al-Isra ayat 32:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

- Surah An-Nour ayat 30:

﴿ قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ * وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ ﴾ 

- Surah An-Nour ayat 23:

 وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
2. Hadits Nabi

قال صلى الله عليه وسلم: لم تَظْهَرِ الفاحشةُ في قومٍ قَطُّ؛ حتى يُعْلِنُوا بها؛ إلا فَشَا فيهِمُ الطاعونُ والأوجاعُ التي لم تَكُنْ مَضَتْ في أسلافِهِم الذين مَضَوْا

قال الرسول صلى الله عليه وسلم: البكْر بالبِكْر؛ جَلْدُ مائة ونَفْيُ سَنَة، والثّيّبُ بالثّيّبِ؛ جَلْدُ مائة والرّجْم

Dari dalil-dalil di atas merupakan nash-nash Qathi'e yang bersifat Muhkamat yang tidak perlu lagi membutuhkan penafsiran dan penakwilan lagi, disebabkan dalil yang sudah terang benderang.

Kesimpulannya:

Jadi, dari sekian dalil-dalil di atas menegaskan bahwa kseimpulan Abdul Aziz sangat menyimpang dan menyesatkan, lebih dari itu menunjukkan kecacatan logika berpikir yang sangat akut dan fatal. 

Pemahamam semacam itu, bukan saja sampah bagi agama Islam, juga bagi pelecehan bagi semua agama di dunia. Agama mana yang melegalkan perzinahan?

Apakah ini temasuk kategori penistaan agama?
Advertisement

1 komentar:

avatar

Ingin zina saja pakai judul disertasi segala zis zis.

Ente sedang menjalankan pepatah sono yaaa kalau ingin terkenal beken dan viral kencing zam zam.


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search