Rumah konsep pesanstren

Shalat Sebagai Kunci Surga

- Oktober 07, 2019


Seorang penguasa agung mengirim dua orang pelayan ke ladangnya yang indah setelah masing-masing diberi dua puluh empat koin emas agar bisa sampai ke ladang yang sejauh dua bulan perjalanan.

Penguasa ini berkata, "Keluarkan darinya untuk biaya tiket dan keperluan perjalanan lainnya. Lalu ambillah apa yang kau butuhkan untuk keperluan hidup di sana. Ada sebuah terminal untuk para musafir yang jaraknya sejauh satu hari perjalanan. Di dalamnya terdapat pesawat, kapal laut, dan kereta. Pilihlah sarana transportasi sesuai dengan modalmu."

Setelah menerima perintah, kedua pelayan itu pun keluar. Yang satu bahagia, karena sampai ke terminal ia hanya mengeluarkan sedikit uang untuk bisnis yang menguntungkan yang disenangi oleh tuannya. Modalnya langsung meningkat, dari satu menjadi seribu.

Adapun pelayan yang lain, malang dan bodoh. Ia mengeluarkan dua puluh tiga koin emas yang dimiliki untuk bermain-main dan berjudi. Ketika sampai terminal yang tersisa hanya satu koin emas.

Mengetahui kondisi tersebut, sahabatnya berkata, "Wahai Fulan, satu koin emas yang tersisa itu harus kau belikan tiket perjalanan agar engkau tidak berjalan kaki dan menderita kelaparan. Tuan kita sangat pemurah dan penyayang. Semoga ia melimpahkan rahmatnya padamu dan mengampuni kesalahanmu, sehingga mereka membolehkanmu naik pesawat agar kita bisa sampai ke tempat pada hari yang sama. Jika tidak, engkau harus terus berjalan kaki melintasi padang pasir ini selama dua bulan disertai rasa lapar ditambah dengan rasa kesepian yang kau alami sepanjang perjalanan panjang tersebut."

Lihatlah, andaikan orang tersebut keras kepala, tidak membeli tiket perjalanan yang laksana kunci perbendaharaan baginya dengan satu lira yang tersisa itu dan menggunakannya untuk memperturutkan syahwatnya yang bersifat sementara dan untuk memenuhi kenikmatan yang segera lenyap.

Bukankah ini berarti ia malang dan merugi serta betul-betul bodoh. Bukankah ia merupakan orang yang paling tolol?

Wahai orang yang tidak menunaikan shalat, wahai jiwa yang merasa berat untuk mengerjakannya! Sang penguasa yang dimaksud adalah Tuhan dan Pencipta kita.

Adapun kedua pelayan yang melakukan perjalanan itu, salah satunya adalah orang taat yang menjalankan agama dan menunaikan shalat dengan penuh kerinduan. Sementara yang satunya lagi adalah orang yang lalai dan meninggalkan shalat.

Lalu uang koin emas yang sebanyak dua puluh empat tersebut adalah dua puluh empat jam dari setiap harí usia manusia. Kebun dan ladangnya berupa surga dan terminalnya berupa kubur. Perjalanan panjangnya adalah perjalanan manusia menuju kubur, mahsyar, dan negeri keabadian.

Mereka yang meniti jalan panjang ini menempuhnya dalam tingkatan yang berbeda-beda. Masing-masing sesuai dengan amal dan tingkat ketakwaan.

Kaum bertakwa menempuh perjalanan sejauh seribu tahun hanya dalam satu hari laksana kilat. Sebagian lagi menempuh jarak lima ribu tahun perjalanan hanya dalam sehari secepat khayalan. Al-Qur'an menjelaskan hakikat ini dalam dua ayat. Kemudian yang dimaksud dengan tiketnya adalah shalat.

Satu jam cukup untuk melaksanakan shalat lima waktu berikut wudhunya. Karena itu, sungguh rugi orang yang menghabiskan dua puluh tiga jamnya untuk kehidupan dunia yang singkat ini dan tidak menghabiskan jam sisanya untuk kehidupan abadi. 

Sungguh ia sangat zalim terhadap dirinya dan sungguh sangat bodoh. (Badiuzzaman Said Nursi, Al-Kalimāt, hlm: 12-14)
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search