Rumah konsep pesanstren

Jangan Tinggalkan Cileuksa

- Februari 24, 2020


Desa Cileuksa, Kec Sukajaya, menjadi korban paling parah dari bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Kab Bogor pada awal tahun 2020 ini; Bencana alam yang didahului hujan ekstrim itu menghancurkan sebelas dari empatbelas kampung di Cileuksa yakni Cileuksa Kaler, Cileuksa Utara, Cileuksa Desa, Pasir Eurih, Ciparengpeng, Cijairin, Ciear, Cihaur, Rancanangka, Cipugur, dan Cisusuh. Ribuan warga harus mengungsi karena tempat tinggal mereka diterjang banjir Sungai Cidurian dan tanah longsor perbukitan.

Pekan-pekan pertama, bantuan dari pemerintah maupun swasta, membanjiri Cileuksa. Spanduk dan bendera-bendera BUMN Peduli, komunitas, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat), bertebaran di lokasi musibah.





Namun memasuki pekan keempat Februari 2020, kondisi warga penyintas bencana tidak banyak berubah. Bahkan kian memprihatinkan.

Hingga saat ini, warga Cileuksa yang masih menjadi mengungsi berjumlah 1.563 KK atau 5.227 jiwa. Mereka menempati 200-an tenda plastik yang tersebar di 6 titik posko pengungsian yakni: Cipugur, Pasir Mulya, Cikeusik, Cileuksa Desa, Ciparengpeng, dan Cijairin.

Aktivis kemanusiaan Mohamad Zainul mengatakan, Cileuksa nasibnya seperti pada umumnya daerah perbatasan. Desa yang berbatasan dengan wilayah Kab Lebak, Provinsi Banten, ini minim perhatian dari Pemkab Bogor, Provinsi Jawa Barat. Terlebih Cileuksa akan menjadi wilayah Kab Bogor Barat hasil pemekaran Kab Bogor.

Bahkan bencana banjir dan longsor tak jua cukup menggerakkan Pemkab untuk memberikan perhatian yang memadai bagi warga Cileuksa. ‘’Misalnya listrik, yang masih juga belum tersambung setelah hampir dua bulan kejadian bencana,’’ kata Zainul yang mengomandoi posko kemanusiaan LSM Wahana Muda Indonesia (WMI) di Cihaur.

Pemerintah, lanjut Zainul,  juga lambat dalam menanggulangi infrastruktur jalan sehingga pemulihan Cileuksa pun lambat. ‘’Kalau tenda dan MCK pengungsian, kami bisalah membantu. Tapi perbaikan jalan ini kewajiban pemerintah,’’ tandasnya.

Perekonomian Desa Cileuksa masih lumpuh akibat akses jalan hancur dan daya beli masyarakat korban bencana terjun ke titik nadir. Nyaris nol.

‘’Posko-posko kemanusiaan sudah banyak yang membubarkan diri, tinggal segelintir yang masih bertahan,’’ ungkap Zainul.

Akibatnya, stok logistik pengungsian menipis.  H Ope, kepala Posko Pengungsian Cipugur, khawatir para pengungsi akan kelaparan jika tidak ada suplai bantuan logistik segera.

‘’Stok logistik bantuan dari relawan kemanusiaan sudah tidak mencukupi.  Beras dan lauk menjadi kebutuhan yang sangat mendesak,’’ ujarnya pada Sabtu (22/2).

Bayangkanlah, ribuan saudara kita sebangsa dan setanah air, hidup berhimpitan di bawah tenda-tenda plastik yang semakin compang-camping terkena hujan dan panas; Ratusan kaum lelaki menganggur, ratusan kaum ibu tidak bisa mengepulkan dapur, dan ratusan lansia serta anak-anak menggigil kedinginan serta kelaparan hingga tertidur.

Mereka tidak butuh Salam Pancasila. Mereka butuh makan dan penguatan iman untuk bertahan dalam kesulitan yang berkepanjangan.

Jangan tinggalkan Cileuksa!
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search