Jakarta - Wahdah Islamiyah bersama Sekolah Siroh menggelar studium generale Pengantar Sirah Nabawiyah, Rabu (5/2) di kantor DPP Wahdah Islamiyah, Jakarta. Pembina Sekolah Siroh, Ust. Ridwan Hamidi menjadi pemateri tunggal pada sesi tersebut.
Ust. Ridwan, alumni Universitas Islam Madinah menjelaskan visi Sekolah Siroh. Dalam 25 tahun ke depan diharapkan pengajaran Sirah Nabawiyah sudah selesai diajarkan di rumah-rumah umat Islam. Hal ini seperti yang telah dirasakan umat Islam di Mauritania. Di sana, Sirah Nabawiyah tidak perlu dimasukan dalam kurikulum sekolah karena semua anak telah mendapatkannya dari orang tua masing-masing. Ini yang beliau sebut dengan “mendekatkan sirah kepada ummat”.
Pendiri Sekolah Siroh yang telah lama mendalami Sirah Nabawiyah ini berharap figur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam betul-betul menjadi teladan umat. Menurutnya, umat Islam memiliki figur yang dapat dijadikan teladan dalam berbagai bidang kehidupan. Ini adalah keistimwaan umat Islam yang tidak dimiliki umat atau bangsa manapun.
“Nabi Muhammad adalah manusia yang tidak memiliki cela sama sekali. Sosok sempurna untuk dijadikan teladan, dengan tetap adanya sifat manusiawi pada diri beliau. Masyarakat Barat tidak memiliki itu. Mereka hanya memiliki tokoh-tokoh yang dianggap teladan, namun hanya pada bagian tertentu dari sang tokoh tersebut,” terangnya.
Anggota Ikatan Ulama dan da’i Asia Tenggara yang juga Anggota Dewan Syariah Wahdah Islamiyah ini menjelaskan, karena tidak adanya figur teladan itulah kemudian masyarakat tersebut menciptakan sosok-sosok fiktif yang kemudian disebut “superhero”.
“Nah, kalau anak-anak umat Islam sejak dini dikenalkan dengan sosok nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat, mereka tidak lagi butuh pada superhero-superhero. Anak-anak kita bisa meneladani keberanian sosok Khalid bin Walid, Sa’ad bin Abi Waqqash, dsb. Coba lihat, Khalid bin Walid itu dikisahkan pernah membawa 9 pedang dalam medan tempur. Terbayang kan betapa kuatnya? Ada juga sebagian shahabat yang mempelajari bahasa asing hanya dalam 18 hari. Terbayang kan cerdasnya?” imbuhnya.
Setelah studium generale Sekolah Siroh akan dilanjutkan dengan 10 kali pertemuan intensif membahas buku Ar-Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri. Proses belajar akan dibimbing langsung oleh Ust. Ridwan dan Tim Pengajar Sekolah Siroh. Salah satu alasan dipilihnya kitab tersebut sebagai rujukan karena ada ikatan emosi antara Ustadz Ridwan dengan penulis, yaitu ketika masih di Madinah sering berinteraksi juga dengan penulis, Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri.
Kegiatan Studium Generale dan rangkaian Kelas Sekolah Siroh di Jakarta terselenggara atas kerja sama Wahdah Islamiyah, Wahdah Inspirasi Zakat, Ummat TV, dan wahdahjakarta.com. Peserta putra maupun putri berasal dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, dan sekitanya. [ibw/rsp]
Advertisement
EmoticonEmoticon