Rumah konsep pesanstren

Terus Disalahkan, Profesor Chusnul Bungkam KPU

- Desember 19, 2018


Mantan komisioner KPU, Profesor Chusnul Mariyah merasa disalahkan oleh KPU era Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Dengan nada yang teratur dan santun, Chusnul bungkam KPU dengan telak.




"Argumen itu jangan terus menerus dan menyalahkan. Saya merasa sedih kenapa dikata-katain terus masalah aluminium? Gak apa-apa kalau mau diganti, ganti. Tapi percayakan. Jangan menghina-hina KPU sebelumnya, nanti kualat." tegas Chusnul dalam #ILCKotakSuaraKardus, Selasa (18/12/18).

Profesor Chusnul Bagikan Ilmu


Profesor Chusnul kemudian memberikan banyak masukan yang membangun kepada KPU sebagai penyelenggara pemilu. Guru besar ilmu politik ini menegaskan bahwa KPU harus memiliki legitimasi dan bisa dipercaya.

"Politik administrasi; trust dan legitimasi. Yang harus dilakukan adalah menjelaskan kepada masyarakat, meyakinkan. Kita tunjukkan kepada masyarakat luas, kita punya kotak suara seperti ini." katanya menjelaskan.

KPU dan semua pihak penyelenggara pemilu, lanjut Chusnul, juga harus berpikir kebangsaan. Jangan hanya terpaku pada hajat lima tahunan yang ujung-ujungnya tender.




"Komunikasi politik, jangan cuma berpikir proyek 5 tahunan. Berpikir ke depan." lanjutnya tegas.

Chusnul menambahkan, penyelenggara pemilu tidak seharusnya berhadap-hadapan dengan rakyat karena hal ini akan merugikan dari segi kelembagaan.

"Jangan selalu menghadapkan dirinya dengan rakyat. Jangan. Rugi Anda. Anda melayani suara rakyat. Tapi kalau ditaruh di kardus tadi, mana kami (rakyat) bisa percaya?" tanya Chusnul, retoris

Menurut Chusnul, demokrasi di Indonesia berada dalam ancaman tiga oligarki. Tiga oligarki ini dibahasakan dengan badut, bandar, bandit. Akibatnya, banyak isu liar sehingga kepercayaan publik kepada penyelenggara pemilu berkurang hingga hilang.

"Ketidakpercayaan karena ada seri isu terus-menerus. Isu orang gila memilih, isu e-ktp tercecer, isu data DPT 31 juta, kotak kardus menambah isu baru lagi." tukasnya.

Pemilu Tipu Muslihat


Chusnul mengingatkan, pemilu di Indonesia harus dijaga agar tidak menjadi ajang tipu-tipu. Dia mengajak semua pihak untuk berkontribusi dalam perbaikan.

"Demokrasi kita yang individualisme, liberalsisme, kapitalisme, mari kita perbaiki secara terus menerus sehingga pemilunya, pemilu terbuka tanpa penuh tipu-tipu muslihat." ajaknya.

"Masih ada waktu, mari kita perbaiki. KPU jangan terlalu defensif, tapi dicek dimana sesungguhnya dan bagaimana cara menyelesaikannya." tutup Chusnul. [Tarbawia]

Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia

Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:


Info Donasi/Iklan:

085691479667 (WA)
081391871737 (Telegram)



Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search