Rumah konsep pesanstren

Kandangnya Diobrak-abrik Sandi, Banteng Blingsatan

- Februari 12, 2019


Kandangnya Diobrak-abrik Sandi, Banteng Blingsatan

Sekelompok Banteng secara nasional mendadak blingsatan. Alasannya, kandang mereka diobrak-abrik. Siapa pelakunya?




Siapa yang berani mengobrak-abrik kandang Banteng? Sekuat dan secerdas apakah ia? Bukankah Matador piawai pun harus menghindar saat Banteng menerjang kain merah yang dikibaskan untuk memancingnya?

Pantas saja Banteng blingsatan. Pantas saja pengobrak-abrik kandang Banteng tak takut. Alasannya dua: ia jago berlari dan tak mengenakan kain berwarna merah.




Ia masih muda. Yang dikenakan kadang putih, sesekali biru gelap, kemudian biru muda, dan apa saja asal terkesan bahagia.

Pengobrak-abrik kandang Banteng ini benar-benar tak punya rasa takut. Tahu kenapa? Karena ia berada di jalur yang benar. Ia berani karena benar dan berjuang dengan cara yang benar.




Bukankah takut merupakan tabiat orang yang keliru? Sudah takut, panik, kagetan pula. Termasuk kaget dengan mahalnya harga tiket pesawat. Padahal, mudah kaget berbahaya. Bisa akibatkan serangan jantung. Na'udzubillah.


Tak hanya itu, pengobrak-abrik kandang Banteng juga memiliki kebiasaan dan ciri khas. Mirip. Mudah dikenali. Sayangnya, kalau Gendruwo yang melihat ini dipastikan mendadak sontoloyo.




Ia, sang pengobrak-abrik kandang Banteng, selalu dikerumuni emak-emak. Mulai dari pemilih pemula, emak sosialita, ibu rumah tangga, sampa ibu-ibu di perkampungan yang lugu dan jujur. Lugu dan jujur ya, bukan tukang pencitraan yang hobi berfoto sendirian di pantai atau pematang sawah.




Selain itu, pengobrak-abrik Kandang Banteng ini juga tahu peta. Dia rajin membaca. Matanya menelisik. Telingaya tajam mendengar keluhan. Otaknya cerdas merumuskan solusi. Hatinya jernih dan langkah kaki-tangannya cekatan melakukan amal.




Ia tahu. Maka ia paham. Dari paham itu, ia berani langsung menerjang ke pusat kandang. Setelah membangun base camp di sekitar kandang Banteng, ia bergerak lincah ke kanan, kiri, depan, belakang, ke semua arah.


Tapi yang jarang bahkan tidak diketahui kawanan pemilik Banteng dan Banteng itu sendiri, sang pengobrak-abrik kandang Banteng ini justru lebih sering bergerak ke atas.





Dia, pengobrak-abrik kandang Banteng itu, terus mengetuk pintu langit, berlari menuju Sang Mahakuasa. Ia tahu betul, Banteng itu tak berdaya jika Penciptanya bertitah, "Kun, binasalah Banteng, dimulai dari kandang yang saban detik dibanggkannya."


Tak percaya jika Banteng blingsatan? Cermati dengan hati kunjungan pengobrak-abrik Banteng 3 hari terakhir, di Brebes, Tegal, dan Pekalongan.





Banyak Banteng blingsatan. Ketakutan. Takut kalah. Panik. Padahal biasa satu meja dengan Gendruwo sampai Sang Kiyai tak kebagian kursi.


Ada yang belum tahu siapa sosok pengobrak-abrik kandang Banteng itu? Nanti 17 April, cari pemuda berkacamata yang ramah senyumnya. Ia mengenakan setalan jas rapi berpeci hitam mirip Soekarno.

Balas dendamlah padanya. Coblos gambar matanya. [Pirman]

Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia

Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:


Info Donasi/Iklan:

081391871737 (WA/Telegram)



Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search