Rumah konsep pesanstren

Bukan Hanya Kesimpulan, Doktor Asal Banjar Ini Temukan Kekacauan Bahasa dalam Disertasi Abdul Aziz

- September 05, 2019


KERANCUAN STRUKTUR BAHASA DISERTASI ABDUL AZIZ POINT 1

Oleh: DR. KH. MIFTAH EL-BANJARY, MA

Masih dalam persoalan polemik Disertasi Abdul Aziz, Dosen Fakultas Syariah UIN SUKA yang mengusung pemikiran liberalisme tentang Hubungan Intim Diluar Nikah dengan konsep "Milk al-Yamin" Muhammad Shahrur, tokoh pemikir liberal asal Syiria itu tetap saya lanjutkan pembahasannya.

Meskipun kemarin, Abdul Aziz, telah menyatakan permintaan maafnya serta kesedian yang bersangkutan melakukan revisi terhadap disertasinya yang sempat menghebohkan itu melalui surat elektronik yang beredar luas di media sosial, namun bukan berarti pembicaraan di ruang publik akan selesai.

Sebab, disertasi itu bukan sekedar hasil karya akhir sebagai persyarat menyelesaikan strata jenjang pendidikan program doktoral. Lebih dari itu, essensi pemikiran yang diusung sangat erat hubungannya dengan persoalan essensial akidah umat Islam serta dampak sosialnya dalam kehidupan masyarakat beragama, berbanhsa dan bernegara.

Pagi tadi, oleh salah seorang sahabat saya, seorang wartawan di sebuah kantor berita nasional, saya dikirimi softcopy disertasi Bpk Abdul Aziz yang tengah hangat  diperbincangkan itu.

Sore tadi, saya baru sempat membuka-buka file tersebut, dan baru pada bagian-bagian halaman pertama mukkadimah saya scrool, saya sudah mendapati bagian definisi "Milk al-Yamin" yang kontraversial itu.

Baik, dengan niat dan tujuan membuka wawasan publik, berikut saya akan paparkan analisa pandangan saya terkait hal itu pada point pertama. 

1. Pada Paragraf Pertama, Abdul Aziz menulis:

"Milk al-Yamin pada hakikatnya adalah seorang perempuan selain istri dan muharamat (perempuan yang haram dinikahi) yang halal digauli."

Sampai di sini, kita akan menemukan kerancuan dan kekacauan logika Abdul Aziz dari segi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Narasi struktural makna yang dihasilkan pada kalimat tersebut di atas saling kontradiktif dan saling bertentangan.

Logikanya seperti ini:

"Anda diharamkan menikahi si gadis A, tapi pada saat yang sama Anda halal/boleh melakukan hubungan intim seksual dengan gadis itu."

Logika macam apa ini?!!

Bukankah pernikahan merupakan persyarat mutlak untuk bisa halal sampai ke arah hubungan seksual?

Sehingga narasi di atas tidak menghasilkan pemahaman apa-apa, kecuali kerancuan dan kekacauan struktur kaidah bahasa yang membingungkan dan menghina logika akal sehat pembaca.

Pembaca yang cerdas logika dan akal sehatnya tidak akan mau melanjutkan pada kalimat-kalimat berikutnya, karena definisi yang dibangun pada awal paragraf sudah dikacaukan oleh kata sesudahnya "halal digauli".

Meskipun kutipan terjemahannya yang ia kutip dari al-Qur'an terjemahan versi Departemen Agama hal 120, itu benar apa adanya, namun maknanya menjadi ambigu setelah ditambahkan oleh Abdul Aziz dengan sisipan "halal digauli" pada akhir kutipan.

Sampai di sini, pertanyaan yang paling mendasar, apakah promotor atau supervisornya atau editornya mengetahui dan menyadari ambiguitas kalimat yang ditimbulkan dari sisipan tersebut pada definisi tersebut?

Jika mereka mengetahui kekeliruannya, dan terkesan membiarkannya, di sini kita perlu mempertanyakan kapabilitas kemampuan memahami kaidah dasar struktur bahasa Indonesia yang baik dan benar dulu?

Ketika kita mau lebih mencermati dari definisi "Milk al-Yamin" saja, kita dengan mudah menemukan kekeliruan dan kerancuan berpikir dari disertasi tersebut. Hal itu belum lagi, jika kita kritisi dari segi epistomologi keilmuan Islam, seperti Ushul Fiqh dan Ushul Tafsir al-Qur'an. 

Jadi seberapa layak disertasi ini disebut karya ilmiah? Dan kita lihat saja nanti apakah bagian definisi ini akan menjadi perhatian penting yang akan direvisi oleh Abdul Aziz dan promotornya atau tidak?!! Noted!!

Pertanyaan selanjutnya, "Mengapa hasil akhir semacam itu masih tetap layak diujikan dan diluluskan, bahkan yang bersangkutan diberikan nilai yang memuaskan?!!

Bersambung..
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search