Rumah konsep pesanstren

Mencretnya Politisi karena Terlalu Banyak Makan Uang Haram?

- Januari 12, 2020


Mencretnya Politisi karena Terlalu Banyak Makan Uang Haram?
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Pemerhati Politik Asal NTT)

Mencretnya orang biasa karena pola hidup yang tidak sehat. Terlalu banyak makan makanan yang berlemak serta berkarbohidrat tinggi.

Tidak mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur mayur dan buah-buahan. Ditambah tidak pernah berolahraga dan jarang minum air putih, seringnya konsumsi makanan instant. Menyebabkan penyakit mencret sering terjadi.

Tapi kalau ada politisi yang "mencret", itu bukan karena kurang makan yang bergizi atau berserat tinggi. Tetapi karena pola makan yang tidak halal. Atau kebanyakan makan uang Haram. 

Uang rakyat yang seharusnya disalurkan sesuai poskonya malah diambil politisi yang korup. Memperkaya diri, plesiran dari hasil keringat rakyat.

Politisi yang sering mencret biasanya karena ketakutan terjerat proses hukum. Kasus korupsi yang sering terjadi di negeri ini mengikuti sebuah ungkapan hukum.

Power tends to corrupt. But Absolute Power corrupts absolutely. Kekuasaan cenderung korupsi. Namun, Kekuasaan mutlak korupsi mutlak. Semakin besar dan luas kekuasaan seseorang semakin kuat keinginannya untuk korupsi.

Apalagi didukung dengan sistem politik berbiaya mahal yakni demokrasi. Banyak politisi berlomba-lomba atau bersaing dengan cara yang tidak sehat dan tidak halal.

Tingginya biaya politik dalam demokrasi menyebabkan banyak politisi "habis-habisan" agar bisa menjadi pejabat. Misalnya, harus membiayai tim kampanye ke daerah-daerah, spanduk, kartu kampanye, baliho, kampanye umum di lapangan, dan lain-lain.

Bagi politisi yang modalnya pas-pasan kemudian menggandeng para pengusaha yang " berdompet tebal". Ada politisi yang sukses tembus menjadi pejabat, bagi yang gagal ada juga yang gila karena tak bisa melunasi utang politik.

Banyak juga politisi yang setelah berkuasa malah korupsi. Entah itu korupsi untuk memperkaya diri, melunasi biaya kampanye, atau menyerahkan proyek kepada pengusaha juru kampanyenya, dan sebagainya.

Kasus korupsi di negeri ini sangat memprihatinkan. Data KPK sepanjang tahun 2004 sampai 2019 kasus korupsi masih menggunung. Kasus korupsi pada tahun 2018 didominasi oleh anggota DPR dan DPRD.

327 orang terjaring OTT KPK sepanjang 2015-2019. Banyak parpol berlomba-lomba dalam korupsi. Indonesia Corruotion Watch (ICW) menyebutkan sebanyak 23 orang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan tersebar di delapan parpol.

Menurut ICW, urutan parpol yang korupsi dari tertinggi sampai terendah yaitu Golkar, PDIP, PAN, Demokrat, Hanura, PKB, PPP, Nasdem dan PKS. Beberapa politisi malah memegang jabatan strategis Ketua Umum Golkar 2016-2017 (Setya Novanto), Ketua Umum PPP 2007-2014 (Suryadharma Ali), Ketua Umum Partai Demokrat 2009-2014 (Anas Urbaningrum), Presiden PKS 2009-2014 (Luthfi Hasan Ishaaq) dan yang terbaru Ketum PPP 2019 Romahurmuziy (Romi).

Banyaknya para koruptor karena mahalnya biaya politik dalam demokrasi. Oleh karena itu, agar para politisi bisa terhindar dari kasus korupsi diperlukan sebuah sistem yang tidak memberikan celah untuk korupsi.

Sistem itu adalah sistem Islam. Dalam sistem ini tidak memerlukan biaya kampanye yang sangat mahal, karena pemilu dalam sistem Islam maksimalnya 3 hari dan tidak boleh lebih. Ajaran Islam pun mengajarkan sifat murabatullah, yaitu sikap merasa diawasi Allah SWT.

Sifat ini lah yang menyebabkan seorang gadis biasa tidak mau mencampur susu dengan air, seorang anak laki-laki tidak mau menjual kambing tuannya. 

Islam juga melaknat pemberi dan penerima suap. Islam pun pro terhadap rakyat kecil dan anti kapitalis. Jika para politisi dan semua rakyat memilih Sistem Islam, InsyaAllah dijamin korupsi akan mudah ditekan dan kemakmuran "merajalela" di setiap jengkal negeri.[]

Bumi Allah SWT, 11 Januari 2020

#AkademiMenulisKreatif
#AMK6
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search