Rumah konsep pesanstren

Ditolak Lagi, Kesantunan Sandi 'Kubur' Banteng Tabanan

- Februari 24, 2019

Sebuah surat bertandatangan keangkuhan sampai di tangan cawapres tampan dan muda, Sandiaga Salahuddin Uno. Tertulis di surat itu kalimat penolakan dari sekelompok pendukung partai merah.




Kata mereka, menjaga kondusivitas. Memangnya yang datang sekelompok Banteng pembuat onar? Kok percaya diri sekali menolak lelaki baik dan murah senyum dengan alasan menjaga ketertiban dan menghindari gesekan?



Menerima surat keangkuhan tersebut, Sandi menanggapi dengan santai, dan santun. Bahkan, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini memberikan balasan telak.




Serius. Telak. Meski tanpa marah. Meski tanpa teriak. Tetapi Sandi berhasil membuat sekumpulan Banteng angkuh tak berkutik dan justru kehilangan momen untuk membully.


Sandi mulai 'membalas' penolakan dengan mengunggah sambutan masyarakat terhadap dirinya di Bandara Ngurah Rai.




Gokil, Bos. Katanya, mereka menolak. Tetapi di Bandara Ngurah Rai, masyarakat yang baik hati dan menghargai perbedaan pilihan ini berebut foto bersama Sandi.


Mereka mengajak foto sejak di dalam pesawat sampai tibanya Sandi di Bandara. Bukan hanya emak-emak, para bapak juga mengajak Sandi berfoto.




Sandi lalu mengunggah foto ini di akun medsosnya. Tulisan Sandi, "Mohon maaf, Kabupaten Tabanan. Saya harus batalkan kunjungan."


Padahal, aslinya, Sandi ingin mengirimkan sinyal. "Silakan kalian tolak dan hadang saya. Tetapi kebenaran yang disampaikan dengan tulus pasti mengundang banyak pengikut dan pendukung."




Dari Ngurah Rai, Sandi beranjak menuju Gianyar. Sandi disambut hangat pengrajin kayu ukir di Desa Sumita. Dengan ketulusan dan semangat belajar yang tinggi, Sandi ikut mengukir.


Kelar di Gianyar, Sandi melanjutkan perjalanan ke Karangasem. Sore hari. Di Karangasem, Sandi disambut amat baik, kekeluargaan, bersimbah senyum juga jabat tangan nan erat. 




Sandi lalu diberi kesempatan menikmati jamuan istimewa, diberi waktu dan kesempatan untuk berbagi terkait bagaimana memajukan bangsa sebesar Indonesia ini.



Puncaknya, Sandi dikerumuni masyarakat di Kampung Saren, Karangasem. Masyarakat dari lintas usia berkumpul bersama dan menyambut Sandi. Mereka berebut foto, tersenyum bahagia melihat Sandi yang bening dan tak memiliki bakat bohong.




"Meski ditolak, kami tak patah semangat. Justru kami semakin bersemangat untuk melanjutkan ikhtiar ini." kata Sandi, tegas.



Kedua kali, Sandi menyindir. Dengan amat santun. Apalagi di era ini, foto-foto sambutan semarak dan menggembirakan terhadap Sandi pasti sampai ke sekelompok Banteng yang menolaknya.




Keesokan harinya, Ahad (24/2/19) pagi, Sandi makin menjadi-jadi. Ia mengawali pagi dengan berenang kemudian berlari. Soal renang, Sandi ingin mengirimkan pesan telak. "Sini beradu cepat, ada gak Banteng yang jago berenang?" 



Dan soal lari santai penuh gembira di Sanur, Sandi benar-benar mengirimkan sinyal. "Sini loh. Katanya menolak. Coba kejar kalau berani. Jangan-jangan baru 222 meter sudah sontoloyo."




Siangnya, Sandi memungkasi kunjungan di Tanjung Benoa. Aduhai, masyarakat Bali luar biasa. Mereka menunjukkan semangat kebhinnekaan yang tinggi dengan sambutan kepada Sandi.


Sambutan penuh senyum, sapaan hangat, jabat tangan erat, juga ketulusan yang terpancar.




Rasa-rasanya, Banteng Tabanan yang menolak Sandi blunder besar. Mereka menolak energi alam yang tulus dan penuh gelora.


Andai saja mau berpikir, mengingat IQ-nya 200 sekolam, seharusnya mereka menerima Sandi. Saat Sandi datang, mereka cukup mengunci pintu, tapi nyalakan kamera seperti kebiasaan merekam tukang selfie di pinggir pantai setelah masyarakat terkena musibah.




Rekam. Kemudian bagikan. Katakan kepada masyarakat Indonesia, "Kunjungi Tabanan, Sandi tak disambut kecuali oleh timnya yang dibawa dari Jakarta."


Amat disayangkan ya. Coba mereka berpikir seperti itu. Lebih bisa memenangkan laga dan mengundang simpati.

Dan penolakan mereka, menegaskan fakta kepanikan dan takut kalah. Padahal, fajar kemenangan mustahil dibendung. Senyenyak apa pun tertidur, fajar pasti hadir. Membawa kemenangan.

Terimakasih, Banteng Tabanan. Penolakan kalian adalah bukti kemenangan yang amat telak. Bali secara luas membuktikan itu, bahwa berbeda adalah kekayaan. Tak harus menolak hanya karena beda kualitas otak.

Pecinta Keluarga Sejati
Pirman


Tarbawia
Bijak Bermedia, Hati Bahagia

Bergabung Untuk Dapatkan Berita/Artikel Terbaru:


Info Donasi/Iklan:

081391871737 (Telegram)



Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search